Lebaran yang Mengharu Biru
Setelah insiden tawar menawar dengan pedagang ayam, jadilah saya membeli 5 ekor ayam kampung. Jam menunjukkan pukul 24 . 12 malam, saya memulai memasak opor ayam. Rasanya tidak afdol kalau lebaran Idulfitri tidak ada menu opor ayam. Selesai masak pukul 02.00 dini hari. Sambil membaringkan tubuh berharap terlelap dalam buaian mimpi, tetapi imajinasiku melayang pada sosok mama tercinta .Sosok yang sabar, tidak pernah mengeluh.Dengan segala kenangan yang tidak bisa dilupakan. Tahun ini saya merayakan Idulfitri tanpa beliau. Lebaran yang selimuti rasa haru, sedih. Semuanya campur jadi satu. Hampa terasa.Separuh jiwaku hilang bersama kepergian beliau. Air mata kembali membasahi pipi.
Terdengar suara azan subuh, saya bergegas untuk mandi dan berwudhu untuk melaksanakan solat subuh berjamaah bareng suami. Beliau absen ke masjid, karena kurang sehat. Sesudah solat subuh saya menyiapkan opor ayam yang dibuat semalam. Aroma khas opor menggugah selera. Tradisi saya sama keluarga makan opor ayam dengan nasi putih.
Selesai makan kami bersiap-siap untuk solat idulfitri di Masjid Grand Muslim. Kami keluar rumah pukul 06.30.
Pukul 07.00 solat ied dimulai. Selesai solat ied dilanjutkan dengan khutbah.
Dalam khutbahnya , Ustadz Arwan yang sekaligus selaku imam Masjid Grand Muslim mengatakan masyarakat Indonesia masih bisa merayakan lebaran idulfitri, berbeda dengan saudara kita di Palestina yang harus berjuang untuk melepaskan diri dari tentara Israel. Sudah banyak korban yang berjatuhan. Gempuran bom menghanguskan kota Palestina. Kapan semua ini akan berakhir? Terselip doa untuk saudara muslim di Palestina. Tak terasa air mata menetes membayangkan keadaan di Palestina.
Lebaran idulfitri 1442H merupakan lebaran kedua kalinya di tengah pandemi Covid-19.
momen lebaran hari pertama saya habiskan di rumah bapak.
Selepas ashar kami sekeluarga pergi ke makam mama untuk ziarah. Saya memanjatkan doa untuk beliau.Suasana makam makin ramai. Jam 17.20 kami keluar dari komplek makam.Saya langsung pulang ke rumah. Melewati obyek wisata Loang Baloq terlihat pedagang ikan bakar sudah mulai berjualan. Mereka tidak menyia- nyiakan momen lebaran untuk mengais rezeki.
Sampai di rumah ,BTN Lantana Garden, Labu api Utara, Lombok Barat suasana sepi. Lenggang. Biasanya bising dengan suara bocah-bocah, suara tangisan, suara ibu yang memanggil anaknya. Kali ini tidak ada.
Di depan rumah biasa parkir mobil milik warga. Kali ini juga tidak ada. Rumah- rumah ditinggal pemiliknya untuk mudik lebaran. Warga yang tinggal di BTN Lantana Garden rata-rata pendatang. Khusus di blok saya,blok D3 dan D4 warga ada yang berasal dari Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Bima.
Fenomena mudik lebaran terjadi setiap tahun .
Selamat melepas rindu , bahagia berkumpul bersama keluarga.
Salam Literasi
Komentar
Posting Komentar