Dasar-Dasar Kepenulisan



Imam Ghazali berkata, "Kalau engkau bukan anak raja dan engkau bukan ulama besar, maka jadilah penulis. Dengan menulis kita bisa mencerdaskan berjuta-juta manusia tanpa batas. "
Dari untaian  kata di atas memberi  kesan bahwa budaya menulis jauh  lebih bermanfaat daripada budaya lisan. 
Malam kedua saya mengikuti kelas belajar menulis dengan materi "Dasar Kepenulisan." Narasumber hebat Ibu Rita Wati S. Kom dengan moderator Bapak Sucipto Ardi yang biasa dipanggil pak cip. 
Di awal pelatihan belajar menulis pak Cip memaparkan susunan acara sebagai berikut:
1. Pembukaan
2.paparan narasumber ( 1 jam)
3.Tanya jawab
4.penutup
Selanjutnya pak Cip memperkenalkan narasumber kita berikut profilnya. Terlahir dengan nama Rita Wati di kota gurindam 12 Tanjung Pinang pada 1402 Hijriah. Beliau adalah seorang pendidik yang penuh semangat dan seorang pembelajar sepanjang hayat. Saat ini Ibu Rita Wati berprofesi sebagai pengajar di SMP Negeri 2 Mendoyo Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Kecintaannya dalam dunia menulis  dibuktikan dengan terbitnya 4 buku solo dan 10 buku antologi. Ibu Rita Wati memulai menulis sejak pandemi dan beliau merupakan alumni kelas belajar menulis gelombang 10.
 Narasumber memaparkan penulis pemula sering mendapat hambatan-hambatan ketika memulai menulis. Adapun hambatannya adalah:
1. Susah ide
2. Miskin kosakata
3. Sulit merangkai kata
4. Susah memulai 
5.Bingung mau menulis apa
6. Tidak percaya diri
7.Merasa tulisannya jelek
8.Merasa tulisan tidak layak dibaca. 
Untuk menjadi penulis yang sukses  berusaha dan kemauan adalah dua unsur yang saling berpengaruh dan jangan takut salah. Dalam dunia tulis menulis hambatan-hambatan tersebut harus dijadikan motivasi untuk menulis, menulis, dan menulis. 
Saat belajar Bahasa Indonesia Indonesia, kita pasti familiar dengan istilah 5W+1H. Trik yang paling ampuh untuk berlatih menulis disingkat dengan ADIKSIMBA (apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana). 
*What menjelaskan seputar yang terjadi atau apa yang menjadi pembahasan dari topik yang ingin menjadi pembahasan. 
*Who dalam 5 W+1H memfasilitasi untuk memberikan informasi seputar orang-orang yang terlibat dalam cerita yang ditulis. 
*When dalam 5 W +1H kapan kejadian atau peristiwa yang diceritakan. 
*Where dalam 5W+1H dimana kejadian dari peristiwa yang diceritakan. 
*Why dalam 5W+1H suatu peristiwa terjadi bukan tanpa alasan. 
*How dalam 5W+1H penggunaan unsur how membantu pembaca memahami alur cerita. 
Di samping hambatan-hambatan dan trik-trik di atas, penulis pemula  sering melakukan kesalahan antara lain:
1. Penulis pemula sering menulis dengan paragraf panjang-panjang. 
2.Tanda baca yang sering keliru. 
3. Penggunaan kata yang banyak salah dan tidak menggunakan kata baku. 
4.Sering ditemukan kata yang tidak efektif. 
Selain itu, aturan bahasa tulis seperti huruf kapital, kata depan di, penggunaan tanda seru harus mengikuti standar bahasa yang berlaku. 
1.Penggunaan huruf kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai pertama awak kalimat
Contoh: Dia sedang menulis pelatihan menulis. 
b. Huruf kapital dipakai huruf pertama unsur nama orang seperti julukan
Contoh:Sutarno
                Dayang sumbi
                 Raden Ajeng Kartini
c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. 
contoh:"Ayo kita pulang Bu! " Rengek Joni kepada ibunya. 
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama kitab suci dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. 
contoh:Al-quran, Kristen, Alkitab, Hindu, Weda. 
Allah selalu bersama hamba-Nya. 
Penggunaan kata depan di
*kata depan di menunjukkan fungsi sebagai imbuhan. 
* kata depan diikuti dengan pembentukan kata kerja pasi
f, artinya penulisan di jenis ini dinilai tepat. jika kata kerja pasif bisa diubah menjadi kata kerja aktif ( dengan imbuhan me-) 
contoh: ditinggalkan ( bisa jadi meninggalkan). 
Ditulis-menulis
Diingat-mengingat
Kata di menunjukkan fungsi sebagai kata depan berarti ia harus dipisah dari kata belakang.
Kata di diikuti dengan kata lain selain kata- kata pembentuk kata kerja pasif. Kata di jenis ini bisa diikuti dengan nama tempat, waktu nama orang, penunjuk lokasi, dan lain-lain, serta tidak bisa diubah menjadi kata kerja aktif. 
contoh disini ( tidak bisa diubah menjadi menu ini, di siang hari tidak bisa diubah menjadi menyiang hari. 
Di dirimu ( tidak bisa diubah menjadi mendirimu). 
Kesimpulan : di sebagai imbuhan + kata kerja maka penulisannya ditulis serangkaian ) selain itu dipisah. 
Penggunaan tanda seru
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. 
contoh:
*Alangkah indahnya pemandangan di Nusa Dua! 
*Ayo belajar! 
Dalam sebuah tulisan ada paragraf pembuka, isi, dan penutup. Yang penting adalah bagian opening dan closing. Kalimat-kalimatnya harus mampu menarik pembaca. Bedakan menulis di media online, seperti blog Facebook, instagram dengan menulis buku atau naskah resmi. 
Lombok Barat: 9 April 2021
Farida Komariah
Pertemuan: 3
Gelombang :18
Narasumber:Rita Wati S. Kom
Tema: Dasar penulisan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN PERNAH MERENDAHKAN PROFESI GURU

Pembiasan yang Positif

Teknik Memasarkan Buku